Pages

Thursday 9 June 2011

Nilai semangkuk bubur



Pada malam itu, Ayu bertengkar dengan ibunya.

Karena sangat marah, Ayu segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun.

Saat berjalan di suatu jalan, Ayu baru menyedari bahwa dia sama sekali tidak membawa wang.

Saat melalui sebuah jalan, dia melintasi sebuah kedai bubur dan dia mencium harumnya aroma masakan.

Ia ingin sekali memesan semangkuk bubur tetapi dia tidak mempunyai wang.

Pemilik kedai melihat Ayu berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata : “Adik, nak order bubur ke?”

”Ya, tetapi, saya tidak membawa duit” jawab Ayu dengan malu – malu.

“Tak apa, akak akan belanja adik” jawab si pemilik kedai.

“Silakan duduk, akak akan masakkan bubur untuk adik”.

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu menghantarkan semangkuk bubur.

Ayu segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.

“Ada apa adik ?” Tanya si pemilik kedai.

“Tidak apa – apa. Saya hanya terharu” jawab Ayu sambil mengeringkan air matanya.

“Bahkan, seorang yang baru saya kenal pun memberi saya semangkuk bubur !, tetapi…?

Ibu saya sendiri, setelah bertengkar dengan saya, mengusir saya dari rumah dan mengatakan kepada saya agar jangan balik lagi ke rumah”

“Akak seorang yang baru saya kenal tetapi begitu ambil berat dengan saya dibandingkan dengan ibu kandung saya sendiri” katanya kepada pemilik kedai.

Pemilik kedai itu, setelah mendengar perkataan Ayu menarik nafas panjang dan berkata : “Adik mengapa adik berpikir seperti itu ?

Renungkanlah hal ini, akak hanya memberi adik semangkuk bubur dan adik terus saja terharu.

Ibu adik telah memasak bubur dan nasi untuk adik saat adik masih kecil sampai saat ini, mengapa adik tidak berterima kasih kepadanya ? Dan adik malah bertengkar dengannya”

Ayu tersentak mendengar hal tersebut.

“Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut ?

Untuk semangkuk bubur dari orang yang baru kukenal, aku begitu
berterima kasih tetapi kepada ibuku yang memasak untukku selama bertahun – tahun, aku bahkan tidak menunjukkan rasa penghargaan aku kepadanya.

Dan hanya karena persoalan yang kecil aku bertengkar dengannya.

Ayu segera menghabiskan buburnya, lalu ia menguatkan dirinya untuk balik ke rumahnya.

Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata – kata yang harus diucapkan kepada ibunya.

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.

Ketika bertemu dengan Ayu kalimat pertama yang keluar dari mulut Ibu adalah “Ayu sudah balik, cepat masuklah, Ibu telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kamu tidur ya, makanan akan sejuk jika Ayu tidak memakannya sekarang”.

Pada saat itu Ayu tidak dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita.

Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup Kita.

No comments:

Post a Comment